Click 3

Thursday, 22 August 2013

Bank Indonesia, Pemerintah, & Rakyat



Berdasarkan UU 23/1999, otoritas moneter dipisahkan dari otoritas pemerintahan. Sehingga BI sekarang menjadi lembaga yang benar2 independen dan bebas dari campur tangan pemerintah.
Dan katanya dalam sistem pemerintahan Indonesia, kedudukan BI dan Pemerintah adalah sederajat dan masing-masing memiliki tugas dan fungsinya sendiri-sendiri. BI sebagai otoritas moneter, bertugas menjaga dan memelihara kestabilan nilai mata uang rupiah, sedangkan Pemerintah bertugas sebagai penyelenggara pemerintahan yang mencakup kegiatan penggunaan dan pengumpulan anggaran.
Benarkah demikian....? Apakah BI menjaga kestabilan nilai rupiah....?
Pada kenyataanya, justru sebaliknya. BI dan pemerintah tidaklah sederajat. Tapi BI satu derajat diatas pemerintah.... BI bisa berjalan tanpa pemerintahan, tapi pemerintah tidak akan pernah bisa berjalan tanpa rupiah. Pemerintah butuh dana untuk membiayai operasional pemerintahannya.....
Dan BI sebagai bank sentral, sejak pertama kali didirikan sampai sekarang tidak pernah berhasil menjaga kestabilan nilai rupiah. Lihat saja pada kenyataannya..... dulu harga krupuk berapa, sekarang berapa...? Bagaimana dengan bensin, beras, sayur, SPP, dll........? Adakah yang stabil harganya....?
Sebagai contoh, dulu waktu saya masih kecil, harga kerupuk Rp 25,-, gede lagi krupuknya....  Sekarang Rp 500,-. Nampaknya harga krupuk naik 20x lipat dalam beberapa tahun terakhir.....
Sebenarnya, bukanlah harga krupuknya yang naik, tapi nilai rupiah lah yang turun.  Dulu Rp 25,- dapat satu, sekarang Rp 25 hanya dapat 1/20 krupuk.
Jadi sebenarnya nilai rupiah turun 95% terhadap nilai krupuk. Karena dulu     Rp 25,- dapat 100% krupuk, sekarang Rp 25,- hanya dapat 5% krupuk....
Sekali lagi bukan harga krupuk yang naik... Tapi rupiah telah kehilangan hampir seluruh daya belinya hanya dalam beberapa tahun saja....
BI berhasil menjaga kestabilan nilai rupiah...... ?
Inflasi =   turunnya nilai mata uang karena bertambahnya jumlah uang dalam peredaran. Hal ini karena bank terus2an mencetak uang baru. Inflasi bukan naiknya harga. Sekali lagi, inflasi bukanlah naiknya harga....
Itulah salah kaprah yang kesekian....
Nilai krupuk dari dulu tetap, karena krupuk itu adalah barang riil. Uang hanyalah alat untuk mengukur nilai agar bisa diperhitungkan dengan angka. Seperti halnya penggaris untuk mengukur nilai panjang, timbangan untuk mengukur nilai berat, atau alat ukur yang lain.... Jadi barang yang diukur tetap, tapi skala ukurnya lah yang berubah....
Satu2nya alat ukur di planet ini yang tidak kosisten dan selalu berubah-ubah adalah uang.....
Gandum seberat 1kg, sepuluh tahun lagi diukur nilainya juga tetap 1kg. Tapi lihat lah ukuran harganya......, dulu berapa duit, sekarang berapa duit......?
Paham ... !!!
Silahkan tengok nilai rupiah terhadap barang2 lain. Naik atau turun....? Mengapa demikian....? Jangan harap harga barang akan turun, harga barang akan terus naik dari tahun ke tahun......
Mengapa naik terus....?
Karena bank mencetak uang baru setiap hari, sehingga sistem uang hutang ini menghasilkan hutang yang abadi dan inflasi yang abadi pula.....
Sampai kapanpun, BI tak kan pernah bisa menjaga kestabilan nilai rupiah. Bukan salah BI, tapi sistem keuangan yang digunakan.... Kandang sistem keuangan inilah yang selama ini telah mengurung kita semua, namun kita menerima dan terbiasa dengan ini semua. Kita menerima bahwa sesuatu yang disebut “kenaikan harga” itu merupakan hal yang wajar.....

2 comments:

  1. Kata 'kenaikan harga' ni sangat subjektif dan cenderung sugestif.. Karena kenyataan bahwa 'nilai tukar uang lah yg turun' tidak pernah digunakan scra verbal..

    ReplyDelete