Click 3

Thursday, 22 August 2013

Sistem Perekonomian



Untuk mengetahui kegilaan tersebut, marilah kita melangkah perlahan-lahan.... Sedikit demi sedikit.... Karena pastilah tidak mudah bagi anda untuk memahami sesuatu yang telah ditutupi oleh pemikiran yang licik selama berabad-abad ini....
Sejak anda muncul di dunia ini, anda sudah terkondisikan dalam kandang perbudakan modern. Sehingga anda menerima begitu saja semua keadaan ini dan merasa nyaman2 saja dengan semua ini. Karena bagi anda, memang dari dulu seperti inilah adanya. Sehingga menurut pemikiran anda pun memang seperti inilah seharusnya & keadaan seperti ini adalah wajar bagi anda....
Siapkan diri anda.... buka parasut anda.... dan mari kita mulai.......
Mari, kita lihat skema sistem perekonomian berikut ini:


 


Sekarang, mari kita lihat lingkungan kita dengan sudut pandang global, secara menyeluruh bukan individu atau perorangan. Jadi dari sudut pandang sistem, bukan dari sudut pandang anda secara perorangan. Anda dan saya hanyalah bagian dari sistem.
Seperti halnya dalam lagu “panggung sandiwara”, setiap orang di dunia ini memainkan peranan tertentu. Jadi kita lihat dari peranan2 yang ada di dunia ini, bukan individu pemerannya. Produsen, diperankan oleh perusahaan dan pabrik, baik itu industri besar maupun kecil. Agen, ya diperankan oleh para agen dan distributor. Retail, diperankan para pengecer, baik besar maupun kecil. Dan maaf, peran anda hanya sebagai user/pengguna produk, masyarakat yang diperbudak....
Saya rasa peranan diatas sudah mewakili. Jika kurang silahkan ditambah, jika lebih silahkan dikurangi....
Secara umum, seperti itulah aliran produk, baik itu berupa barang maupun jasa. Produk tersebut diproduksi oleh produsen. Dari produsen masuk ke agen/distributor, lalu ke pengecer, dan digunakan oleh masyarakat yang yang membutuhkannya. Tidak mungkin barang itu kembali lagi ke produsen untuk digunakannya....
Paham ... !
Disini kita tidak akan membahas bahan mentah dari produk tersebut, hal itu tidak perlu dibahas disini....
Lanjut....  
Agar produk tersebut dapat berpindah tangan dari produsen sampai ke tangan masyarakat sebagai pengguna, maka harus dilakukan pertukaran. Dimana pertukaran pada jaman dulu dilakukan secara langsung, yaitu barang dengan barang. Alias barter secara langsung....
Namun karena hal tersebut merepotkan, maka manusia mencari jalan keluarnya, yaitu menggunakan sarana pertukaran. Yang kemudian disebut “uang”....  Jadi, uang sebenarnya merupakan suatu temuan teknologi untuk mempermudah kehidupan manusia.... yaitu teknologi alat tukar....
Ya..., uang sebenarnya merupakan alat tukar. Dan pertukaran barang dengan alat tukar merupakan barter tidak langsung, yang biasa disebut jual-beli....
Jual berarti menukar barang dengan alat tukar.
Beli berarti menukar alat tukar dengan barang.
Jadi saat anda membeli sesuatu dengan uang, sebenarnya anda melakukan barter tidak langsung. Anda menukar alat tukar yang anda miliki dengan barang yang anda inginkan. Bukan anda membeli barang dengan uang. Karena alat tukar tidak bisa membeli apapun, dan tidak akan pernah bisa membeli apapun...!!!
Uang hanyalah kertas yang tidak ada nilainya jika dibandingkan dengan barang yang diperjualbelikan. Apakah anda bisa makan uang...? Apakah anda bisa berpakaian dengan uang...? Apakah anda bisa......
Jadi nilai kekayaan yang sesungguhnya ada pada barang2 yang dipertukarkan, bukan pada uang. Uang hanyalah alat tukar, bukan kekayaan riil, karena uang tidak ada nilainya.... dan uang hanyalah alat untuk menilai, seperti penggaris atau timbangan....
Inilah salah kaprah yang pertama. Dan sebagian besar orang menerima kesalah kaprahan ini. Sebagian besar orang menerima bahwa uang adalah barang yang berharga dan bernilai tinggi, sesuai dengan angkanya. Semakin besar angkanya, semakin lebar senyum anda...... 
Dalam ilmu per”uang”an dikenal nilai intrinsik dan nilai ekstrinsik.
Nilai intrinsik adalah nilai yang terkandung dalam alat tukar itu sendiri. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah kertas yang digunakan untuk membuat uang. Menurut anda, berapakah nilai dari selembar kertas uang tersebut.... Apakah melebihi nilai sepiring nasi....? Berbedakah nilai dari selembar kertas yang digunakan untuk uang dengan angka 100, 500, 1000, ..., 100.000 rupiah...? 
Nilai ekstrinsik adalah nilai nominal uang tersebut, yang diwakili dengan angka. Ya, sekali lagi angka. Hanya itu yang membedakannya. Dan biasanya kertas tersebut diberi gambar pahlawan, supaya kelihatan lebih dapat dipercaya oleh masyarakat nasional. Semakin besar angkanya, semakin lebar senyum anda...... 
Sudah bingung belum...?
Kan sudah saya bilang..., sahabat kita yang licik ini telah menggunakan kandang sistem keuangan untuk menutupi kenyataan yang ada dengan berbagai istilah perbankan & perekonomian yang salah kaprah dan membingungkan....
Silahkan pahami lagi.....
Ok, jika tidak bingung, monggo silahkan dilanjut.....
Sekarang kita lihat skema perputaran barang dan uang berikut ini:


 



Lingkaran di luar merupakan siklus aliran uang. Dimana produsen mendapatkan uang dari agen dengan cara menjual barang produksinya, agen mendapat uang dengan cara menjualnya ke pengecer, lalu pengecer ke masyarakat....
Lalu darimana masyarakat mendapatkan uang untuk membeli produk dari pengecer...?
Masyarakat menjual dirinya ke produsen. Mereka bekerja menjadi buruh dengan menjual tenaga dan waktunya, atau yang lebih keren buruh profesional dengan menjual waktu dan pikirannya....
Kalau dipikir-pikir, mirip pelacuran bukan...? Hanya saja yang kita jual tenaga, pikiran, dan waktu kita. Sedangkan pelacur.....
Sebenarnya sama dengan pelacur, kita tidak akan mau melakukan itu semua jika tidak diberi uang. Dan banyak masyarakat yang menjual dirinya ke produsen karena keterpaksaan untuk mendapatkan beberapa lembar kertas guna memenuhi kebutuhan hidup....
Meskipun dimarahi, dibentak-bentak, diperas tenaganya pagi siang sore dan malam.... mereka pasti akan kembali lagi besok. Karena.....
Ok, kembali ke.....
Disitu dapat kita lihat bahwa siklus uang merupakan siklus tertutup, sehingga uang berputar terus, berpindah dari tangan ke tangan. Berbeda dengan siklus barang, siklus barang akan terputus setelah barang sampai ke penggunanya.
Oleh karena itulah, alat tukar disebut sebagai “currency” yang berasal dari kata “current” yang artinya “arus”, bukan “money” = “uang”. Dan currency diterjemahkan sebagai mata uang, bukan uang....
Inilah salah kaprah yang kedua. Currency ≠ money; mata uang ≠ uang. Uang yang sesungguhnya, saat ini sudah tidak ada. Padahal selama ini kita menyebut kertas itu sebagai uang kan...?
Saya pun jadi bingung, harus menulis uang atau mata uang disini. Tak apalah, yang penting anda sudah tahu kesalah kaprahan ini....
Currency/mata uang itu melambangkan arus, jadi harus mengalir terus, harus berputar terus. Berpindah dari tangan ke tangan agar perekonomian terus berjalan.
Dan jika banyak orang menyimpan currency di rumah, itu akan menghambat aliran sistem. Oleh karena itulah mereka membuat bank, agar currency “disimpan” di bank, kemudian mereka alirkan kembali..... dalam bentuk kredit...!!!
Sekarang perhatikan...!
Kotak produsen < agen < pengecer < pengguna. Karena dalam kenyataannya memang demikian, semakin besar kotaknya berarti semakin banyak jumlah pemerannya.... Jadi jumlah produsen pasti lebih kecil dari agen, jumlah agen < pengecer, jumlah pengecer < pengguna.
Mari berkhayal....
Misalkan jumlah total mata uang yang ada dalam peredaran adalah 1jt, dan produsen 3, agen 13, pengecer 33, pengguna 130. Dan mata uang 1jt tersebut mengalir/berpindah tangan secara sempurna.
Misal, begitu mata uang masuk ke produsen langsung dibelanjakan semua, masuk ke pengguna lalu dibelanjakan semua, masuk ke pengecer lalu dibelanjakan semua, masuk ke agen lalu dibelanjakan semua. Dan begitu seterusnya....
Kira2 siapakah yang paling merasakan kekayaan...? Dan siapakah yang paling merasakan kekurangan...?
Tepat sekali..., produsen lah yang paling kaya dan masyarakat pengguna lah yang merasakan paling kekurangan.... Karena bagi produsen, 1jt cuma dibagi bertiga. Sedang bagi masyarakat pengguna 1jt dibagi ber 130. Seperti itulah kira2 kenyataan yang ada.... Bahkan lebih buruk lagi, karena mata uang mengalir tidak sempurna....
Maka benarlah jika prinsip pareto mengatakan bahwa, 80% uang yang beredar dikuasi oleh 20% orang. Sedangkan 20% uang yang beredar diperebutkan oleh 80% orang. Karena pada kenyataannya uang tidak mengalir secara sempurna, sebagian besar uang hanya beredar di kalangan menengah keatas, tidak pernah sampai ke bawah....
Siapakah kalangan menengah ke atas....? Merekalah bankir dan teman2nya....
Perhatikan ini....
RBTV, Selasa 16/07/2013 : Rekening deposito diatas 2 milyar ada 150.000. Uang beredar 250 triliun. Jumlah penduduk 250 juta.
Rata-rata, ada 1 juta untuk tiap penduduk. Tapi ternyata ada 190 juta penduduk tidak pernah berurusan dengan bank.

finance.detik.com, Kamis, 14/06/2012 - ...... Jumlah nasabah kaya perbankan Indonesia dengan simpanan di atas Rp 5 miliar mencapai 51.422 nasabah per April 2012...... Simpanan dengan segmen nominal di atas Rp 5 miliar tersebut memiliki proporsi sebesar 42,59% dari total simpanan......

Jakarta, Kompas, Jan 24, 2005 - Bank Dunia menyebutkan lebih dari 110 juta jiwa penduduk Indonesia tergolong miskin karena masih hidup dengan penghasilan di bawah US $2 atau Rp 18.310 per hari....
Meskipun 250 triliun itu dibagi rata masing2 penduduk 1 juta, maka tidak lama kemudian, pasti akan kembali lagi ke prinsip pareto yang 80:20.  Dan sistem keuangan lah yang melakukan itu, bukan karena penduduknya yang malas bekerja......
Ya... arus currency didesain sedemikian rupa, agar kendali sepenuhnya berada di tangan para penguasa perbudakan.... Mereka bisa saja dengan mudahnya menambah ataupun mengurangi arus currency semau mereka, demi kepentingan mereka tanpa menghiraukan efeknya pada masyarakat....
Jika arus currency tersebut berkurang atau bahkan terhenti, maka akan terjadi kekacauan ekonomi. Berkurangnya atau bahkan putusnya salah satu arus dari satu pemeran ke pemeran lain, akan bedampak buruk bagi masyarakat....
Misalkan dari produsen ke masyarakat terhenti arusnya. Maka itu bisa berarti bahwa produsen berhenti beroperasi, sehingga tidak ada produk baru lagi. Tidak ada yang bisa diperjual belikan. Masyarakat yang biasanya menjadi buruh bagi produsen sekarang menganggur, sehingga tidak punya uang untuk membeli barang. Terjadilah kemacetan ekonomi, yang biasanya disebut dengan krisis ekonomi atau krisis moneter....
Krisis moneter pasti akan merembet pada kekacauan sosial & politik. Masyarakat sosial dan pemerintahan politik akan saling menyalahkan satu sama lain, dan mereka tidak akan pernah menyadari penyebab utama permasalahnya. Seperti yang dulu terjadi pada tahun 1997 – 1998....
Krisis ekonomi bukan berarti produk dan alat tukar tidak ada. Semua itu ada, hanya saja arus terhenti....
Paham ... ! Atau bingung....?

No comments:

Post a Comment